Gunung Sumbing adalah gunung tertinggi ke-3 di pulau jawa. Dengan
ketinggian 3.371 Mdpl gunung ini berhadapan dengan Gunung Sindoro dan sering
disebut gunung kembar. Letaknya di Kabupaten Magelang, Kabupaten Wonosobo, dan
Kabupaten Temnanggung.
Ini adalah pendakianku yang ketiga, dari sini aku mendapatkan sahabat yang
selalu bersama sama berjuang untuk menapakan kaki di puncak kedamaian. Berawal
dari melalui badai yang mengerikan sampai akhirnya sekarang ngeri kalau tak
akan bertemu lagi untuk berpetualang bersama. Bertahan hidup di tengan ganasnya
badai Gunung Sumbing.
Hari Jum’at tanggal 31 januari 2014, aku bersama teman SMA MAN bernama
Kuntoro menunggu kedatangan teman sekampus Kuntoro di UNY. Semua sudah
berkumpul, kami saling berkenalan karena tidak semua saling kenal. Khususnya
aku yang tidak merasakan bangku kuliah, ga tau rasanya pedes, asin, manis, atau
kecut. Sepuluh orang ada aku, Kuntoro, Aziz, Memet (leader), Agus, Andrean,
Rizki, Anis, Erna, Galuh. Ini adalah pendakian perdana bagi Kuntoro dan Galuh.
Memet |
Agus |
Rizki |
Aziz |
Andrean |
Kuntoro |
Erna |
A|nis |
Galuh |
Gue |
Kami berangkat jam 07.30 dari Yogyakarta sampai basecamp Garung, Gunung
Sumbing jam 09.20. Di basecamp kami packing ulang alat dan bahan, makan,
daftar/lapor,membuang isi perut yang sudah tak kami gunakan lagi alias boker.
Jam 11.00 lebih kami mulai mendaki, dengan tak lupa doa terlebih dahulu hatiku
was was karena kami meninggalkan ibadah shalat jum’at, “ berdosanya diriku”.
Kami naik melalui jalur baru, seperti gunung gunung lain awalnya adalah
pemukiman penduduk dengan penduduknya yang ramah ramah, sawah dengan terasiring
yang rapi. Saat masuk ke perbatasan vegetasi jalur berat mulai terlihat. Nanjak
dan licin karena saat itu musim hujan. Dengan jalan santai namun terus jalan,
sekitar jam 13.00 lebih sampai di sebuah aliran air. Disini kita istirahat
lumayan lama untuk shalat dhuhur dan menjamak shalat ashar, dan foto foto tak
lupa. Kami tidak mengisi perbekalan air disini, karena kami mendapatkan air
mineral masih baru belum terbuka segelnya. Alkhamdulillah ada orang yang
membuang rezeki J.
Pendakian pun kami lanjutkan supaya tidak terlalu malam sampainya di watu
kotak. Sampai di pos 3 kami bertemu pendaki dari UNPAD yang akan turun gunung.
Kami istirahat dan saling sharing. Para pendaki UNPAD ini mereka beranggotakan
empat orang. Mereka tak sampai puncak dikarenakan di puncak terjadi badai yang
memaksakan mereka untuk turun lagi. Istirahat cukup kami mengucapkan perpisahan
dan saling mendoakan untuk keselamatan kami masing maising. Pendakian
dilanjutkan, melewati hutan yang masih lebat daun daun pohonya. Tanah yang
licin dan ada pohon tumbang yang menutupi jalur pendakian. Memaksakan kami
untuk melompatinya atau merangkak lewat celah di bawahnya. Semakin larut sore,
gerimispun turun tanah yang kami pijak menjadi semakin licin. Kambut mulai
menutup jarak pandang, suasana menjadi lebih mencekam karena gelap tak ada
cahaya matahari. Kami saling menjaga jarak kami jangan sampai terlalu jauh agar
tidak terpisah. Dalam keadaan gerimis kami terus mendaki dikarenakan tak ada
lahan datar untuk mendirikan tenda, hanya tanah yang miring nanjak dan licin.
Sekitar jam 18.30 Kami sampai di Pestan. Di Pestan tempatnya terbuka tak
ada pohon untuk berlindung. Tiba tiba angin kencang pun datang menerpa tubuh
kami dengan ditemani temanya yaitu hujan, kami diserang badai. Langsung semua
personil mengeluarkan ponco masing masing dan ambil senter. Mengikuti arahan
dari leader Memet untuk segera mendirikan tenda karen tidak memungkinkan untuk
melakukan pendakian disebabkan angin yang terlalu besar, jalur yang sangat
licin dan kabut yang menutupi pandangan sampai senterpu tidak berfungsi
maksimal.
Tenda kapasitas empat orang dikeluarkan, didirikan dengan susah payah
karena angin yang begitu kencang. Setelah tenda berdiri kami bersepuluh masuk,
tenda kapasitas empat diisi sepuluh orang. Didalam terlalu empet empetan kalau
istilah jawanya. .hehe. Kaki ditekuk, badan saling menempel ke badan yang lain.
Apesnya aku, Kuntoro, Aziz yang masuk
belakangan, kami berada dekat pintu tenda yang angin lebih mudah masuk dan air
menggenang kakiku dan kaki Kuntoro dan Aziz. Leader Memet mencoba menyalakan
kompor tapi tak bisa hidup karena sudah terkena air. Makanan cemilan yang ada
dikeluarkan. Sampai berjatuhan makanan kedalam air, tapi tetap kami ambil untuk
dimakan agar perut yang kosong tidak turun daya tahannya. Kuntoro mengeluh
kedinginan dan menggigil, maklumlah baru perdana. Tapi kami semua memang selalu
mengigil waktu itu. Kaki kami bergantian merasakan sakitnya kram dari jari kaki
sampai selakangan, betapa tersiksanya kami. Galuh yang pendiam selalu kami
panggil panggil untuk memastikan keadaanya apakah baik baik saja. Sleeping bag
basah kami pakai untuk melindungi air hujan yang masuk dari celah celah tenda.
Beberapa saat kemudian tali flysheet tenda ada yang terlepas yang mengakibatkan
tenda tak tertutupi dan air hujan bebas mengguyur kami. Aziz dan Agus keluar
untuk memperbaiki dengan Aziz menggunakan ponco dan Agus menggunakan sleeping
bag. Flysheet sudah teratasi mereka masuk lagi dalam keadaan menggigil. Air
yang menggenang di kakiku, Kuntoro, dan Aziz semakin tinggi sampai mata kaki.
Kaki serasa dimasukan kedalam freezer sampai mati rasa. Aziz mencoba melubali
lantai tenda dengan jarum namun tak ada hasil. Pikiran melayang kemana mana,
aku sudah berfikir kami akan mati disini. Dosaku masih banyak, aku ingat rumah
dan kedua orang tuaku. Apakah ini karena kami meninggalkan shalat jum’at.
Istighfar terus aku keluarkan dari mulutku. Flysheet yang sudah teratasi malah
terbawahi alias bermasalah terlepas lagi. Agus dengan keberanianya keluar
sendiri hanya memakai kaos dan celana pendek saja. Saat flysheet sudah beres,
Agus masuk tenda dengan menggigil luar biasa. Semua teman teman saling memeluk
Agus agar menjadi lebih hangat. Dipikiran kami takut kalau sampai kami mengalami
Hipotermia, alkhamdulillah kami diberikan kekuatan.
Sampai akhirnya sekitar jam 23.30 badai berkurang. Kami berinisiatif
untuk mendirikan tenda lagi. Aku, Agus, Aziz, Memet, Kuntoro keluar untuk
mendirikan tenda lagi. Acara mendirikan tenda belum selesai badai datang lagi.
Teriak teriak untuk mengintruksikan bagaimana posisi yang pas pun berlangsung
alot. Sambil kedinginan dan menahan angin yang menerpa kami dengan bebasnya
kami terus berjuang. Satu jam lamanya tenda akhirnya berdiri walau dengan
posisi yang tak sempurna. Kami Memet, Agus, Kuntoro, dan aku masuk tenda baru
dan aziz masuk tenda yang pertama. Baru masuk sebentar, tenda baru ini terdenga
suara “plaakk” di barengi dengan robohnya tenda. Frame tenda patah tak kuat
menahan terjangan badai. Kami tetap berusaha tidur dengan keadaan tenda ambruk,
yang penting terlindungi dari air hujan. Belum lama aku tidur, flysheet agak
terbuka karena angin. Aku yang tidur di pinggir otomatis tidak terlindungi dan
kehujanan. Aku meminta untuk yang lain agar bergeser tapi mereka tak bisa
karena memang sudah terbatas tempatnya dan mereka sudah terlalu lelah. Akhirnya
aku keluar dan kembali ke tenda pertama. Dengan kondisi yang berdesakan kembali
aku mencari posisi tidur. Aku tidur di belakang tubuh Aziz yang mepet dengan
dinding tenda. Kepalaku di pantat Aziz, padahal Aziz terkenal anggota yang suka
kentut. Tapi Aziz merasa ga enak denganku akhirnya menahan kentutnya sebisa
mungkin. Aku ternyata berada di aliran air, alhasil aku tiduran di kubangan
air. Sambil memeluk pantat Aziz aku menggigil berkali kali. Punggungku yang
mepet dinding tenda diterpa oleh kencangnya angin. Dan aku satu satunya yang ga
bisa tidur saat itu.
Jam 05.00 aku merasa hujan sudah berhenti dan angin sudah tak terlalu
kencang. Aku buka pintu tenda dan keluar. Subhanallah pemandangan di depan
begitu menakjubkan, Gunung Sindoro terlihat cantik. Kami selamat dari badai
semalam, aku bersyukur dan hampir tak percaya bisa melaluinya bersama sama.
Alkhamdulillah yaa Allah kami diberi kekuatan. Teman teman satu persatu
kubangunkan. Mereka keluar dengan perasaan yang sama, mereka teriak teriak
bahagia. Si Rizki yang semalaman tidur tak ikut merasakan ganasnya badai teriak
kenceng banget, “SUBHANALLAAAAHHHH !!!”. Batinku “apaan luuu??” -__-‘
Kami terduduk untuk waktu yang lama, merenungi keindahan ciptaan-Nya dan
merenungi apa yang telah kami lalui semalaman. Beberapa rombongan pendaki lain
lewat, kami saling sapa, saling tanya bagaimana mereka melalui badai semalam.
Ada yang baru naik tanya bagaimana cuaca kemarin dan semalam. Kamera di ambil
dan semua antri pengen di jadi model sesaat. Dengan berlatar Gunung Sindoro yang
cantik, puncak Gunung Sumbing, langit di ketinggian yang bersih seakan semalam
tak terjadi apa apa.
Melihat puncak yang mulai tertutup awan gelap dan ada personil yang
kurang sehat, sekitar jam 08.00 lebih kami segera berkemas dan turun gunung. Kami
sudah trauma dengan badai yang menghajar kami semalam. Perjalanan turun serasa
terbang, di bawah terlihat perkampungan dan sawah warga yang tak kami lihat
saat kami naik karena kondisi yang gelap berkabut. Perlahan kami turun sambil
menikmati pemandangan ini.
Tak terasa ternyata kami turun tidak melalui jalur baru jalur naik kami. Kami
turun melalui jalur lama yang lebih curam danlicin namun lebih cepat. Sampai di
pos 3 kami istirahat dan memasak. Agak lama kami istirahat makan sambil
bersenda gurau. Suasana terasa sangat akrab setelah apa yang kami lalui
bersama.
Istirahat cukup kami melanjutkan perjalanan turun kami. Akhirnya sampai
di persawahan warga, dengan sisa sisa tenaga perlahan kami lalui jalan batu
yang sudah disusun warga. Kami kira tinggal sebentar sudah sampai basecamp,
ternyata lama sangat kami masih di area persawahan. Banyak warga yang berlalu
lalng ke sawah. Kami tanya ke seorang ibu ibu separuh baya “maaf bu, basecamp
masih jauh ga ya??”, ibu tersebut menjawab “ga dek, tinggal tikungan itu dikit
lagi sudah sampai, “ohh terima kasih bu”, lega dikit ternyata tinggal deket.
Pas melewati tikungan ehh masih ada tikungan lain yang menanti. Yeee di PHPin
ibu ibu kita -__-‘. Masih lama kami berjalan akhirnya sampai basecamp sekitar
jam 15.00. Di basecamp kita istirahat sebentar dan packing ulang kemudian
pulang menuju rumah tercinta masing masing di kota tercinta Yogyakarta.
Maaf untuk temen temen kalau ada cerita yang kurang pas, mohon saran dan
tambahannya. Kuucapkan terima kasih untuk semuanya untuk kalian semua yang
masih menerimaku untuk menjadi teman pendakian kalian sampai pendakian yang
seterusnya. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar