Sunrise Gunung Prau Yang Malu Malu
Gunung Prau merupakan sebuah gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Gunung Prau memiliki ketinggian 2.565 meter di atas permukaan laut. Dengan Golden Sunrise yang dimilikinya Gunung Prau menarik minat para traveler dan fotografer untuk mendatanginya.
Ini adalah
pendakian keduaku setelah kemarin di tanggal 28 september 2013 dari GunungMerbabu, di tanggal 13 oktober 2013 mendaki Gunung Prau. Kali ini aku
bersembilan bersama teman teman dari UGM, dengan pemimpin yang masih sama saat
di Gunung Merbabu yaitu mas Joko tak uu’, Hafidz, Rian, dan teman baru Putra,
Victor, Fauzi, Jalu, dan Acil.
Hafidz |
Fauzi |
Putra |
Rian |
Jalu |
Acil |
Victor |
Joko |
Gue |
Dengan menaiki
belalang tempur motor kami berangkat dari Yogyakarta jam 09.30. Perjalanan
santai kami nikmati hingga bosan karena tak sampai sampai. Adzan dhuhur berkumandang
saat kami sampai di perbatasan temanggung wonosobo, sebagai muslim yang taat
*cieee kami mencari masjid untuk melaksanakan shalat dan istirahat sejenak
melemaskan otot yang tegang.
Perjalanan
dilanjutkan, akhirnya sampai kota wonosobo. Dari kota Wonosobo naiknya minta
ampun, motor dipaksa bekerja keras masuk gigi 1 hanya pelan pelan saja. Dengan
semangat juang yang tinggi akhirnya sekitar jam 14.00 lebih sampai di basecamp
Pathak Banteng.
Di basecamp kita
istirahat sambil menunggu waktu shalat ashar dan mengisi energi dengan makan.
Makan disini kami beli di warung depan basecamp, pesan terlebih dahulu. Sambil
menunggu kami saling bercengkrama menghangatkan suasana Dieng yang dingin.
Sudah shalat dan
makan jam 16.30 kami melakukan pendakian dengan berdoa terlebih dahulu. Kami
melewati pemukiman penduduk dan sawah dengan jalan batu yang sudah disusun rapi
untuk akses jalur kendaraan. Belum lima belas menit si Victor yang paling
gendut sudah terkulai, asma mau kambuh. Kami menunggu lumayan lama untuk
memastikan kekuatan Victor. Leader Joko menyuruh yang lain untuk melanjutkan
pendakian sendiri sedangkan Victor nanti perlahan akan didampingi Joko.
Akhirnya akupun melanjutkan pendakian dengan teman yang lain.
Ditengah
pendakian capek mulai terasa, tiba tiba wussss pada berlarian anak SD yang
melakukan pendakian bersama sekolah mereka. Disaat kami para orang tua capek
mereka masih semangat lari, memang luar biasa kekuatan anak kecil tuh. Saat
kutanya “kelas berapa dek ???” mereka menjawab “kelas 4 mas!” (sambil lari),
wuihhh keren.
Ramai sekali
pendakian Gunung Prau ini, kami tak hanya bertemu dengan anak SD saja. Kami
bertemu rombongan pendaki dari UNSIQ Wonosobo, cantik cantik, bening bening,
istimewa, lumayan suplemen vitamin :D. Sampai skitar jam 18.00 lebih kami
istirahat untuk melaksanakan shalat maghrib. Dengan wudhu tayamum dah melepas
jaket kami sebagai sajadah, Shalat terasa khusyuk saat berada di alam seperti
ini. Shalat selesai dan istirahat dirasa cukup kami melanjutkan lagi pendakian.
Alkhamdulillah
sampai puncak sekitar jam 20.00, kami langsung mencari tempat untuk mendirikan
tenda. Sambil menunggu Joko dan lainya yang belum sampai puncak kami shalat
isya’ dan ngemil beberapa makanan ringan. Akhirnya Joko dan yang lain tiba
juga, kami saling bagi tugas ada yang mendirikan tenda, ada yang masak. Aku dan
Fauzi mencari kayu bakar untuk api unggun. Di Gunung Prau kalau cari kayu bakar
jauh karena di puncak tempatnya terbuka seperti lapangan dan hanya sebagian
yang terdapan pohon pohon besarnya. Saking jauhnya kami mencari kayu bakar tak
terasa ternyata kami tersesat lumayan jauh. Tenda kami tak terlihat, hanya
bermodal killer instink dengan membawa seonggok kayu bakar kami mencari
keberadaan tenda dan teman teman. Sambil teriak teriak, menembus lebatnya semak
semak dan kadang terperosok ke lubang yang tertutup rerumputan. Akhirnya
setelah sekitar 15 menit mencari ketemu juga, dan yang tragis tak ada yang tau
kalau kami tersesat. Dikira kami jalan jalan, beeuuuuhhh.... . Tak berhenti di
situ kemalanganku, karena haus dan capek muter muter kuambil sebotol a*ua tanpa
kulihat dalam keadaan gelap langsung kuminum. Pas dimulut sensasi meledak yang
belum pernah kurasakan dari semua minuman yang pernah kurasakan. Ternyata
botolnya saja yang a*ua, isinya adalah spritus. LOL... . Langsung kumuntahkan
dan segera ambil a*ua yang asli untuk kumur kumur. Dan teman yang tau si Joko
and Hafidz malah ngetawain aku.
Api unggun sudah
menyala semua berkumpul di sekitar api dan cemilan cemilan dikeluarkan karena
ini moment naik gunung yang langka bagi kami. Saat itu bertepatan dengan
pertandingan sepak bola U-19 INDONESIA vs Korea Selatan. Dengan hanya memakai
HP china c*oo* yang antenanya sudah putus milik Acil, acara nonton bareng ini
sangat seru. Tak hanya kami, pendaki lain pun semua melakukan aktifitas nonton
bareng ini. Suasana sangat ramai saat gol untuk INDONESIA, teriak teriak,
loncat loncat, bahkan ada yang membawa kembang api. Pertandingan dimenangkan
INDONESIA 3 – 2 atas Korea Selatan.
Suasana menjadi
hening setelah acara nonton bareng usai, karena sebagian memilih untuk
istirahat tidur. Karena pendakian yang tak membutuhkan waktu lama kami tidak
memasak untuk makan, kami pun juga memilih untuk tidur. Karena aku tidur di
paling pinggir dingin menusuku dengan mudahnya, area camp di puncak yang
terbuka membuat angin bebas menerjang tenda kami. Namun tetap kupaksakan untuk
memejamkan mata.
Alaramku
berbunyi di pukul 14.30, aku tebangun dan segera kaluar tenda untuk p*p*s.
Sensasi p*p*s di gunung yang dingin itu sesuatu banget..ga usah di jelasin lah.
Aku membangunkan yang lain karena langit yang abu abu gelap sudah mulai
tergores warna kuning kemerahan tanda sunrise akan muncul. Lama kami menunggu
sampai langit yang gelap berubah terang, sunrise tak menampakan keindahannya
yang maksimal dikarenakan cuaca yang berkabut. Tak apalah kami tetap bersyukur
bisa melihat pemandangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang disampingnya di
kelilingi samudera awan. Dan di kejauhan terlihat puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu juga. Sampai aku lupa untuk Shalat shubuh, tapi tetap saja
shalat shubuh walau sudah pukul 07.00.
Dua buah kamera
dslr c*n*n dikeluarka untuk mengabadikan pengalaman kami telah sampai di puncak
Gunung Prau. Saling berebut pengen foto sendiri sendiri. Matahari semakin menyengat dengan teriknya, jam 09.00
kami memutuskan untuk berkemas dan turun gunung.
Turun gunung
kali ini kakiku sudah terlatih, aku bersama Fauzi dan Acil ngebut duluan. Ada
jalur datar aga turun dikit kami lari. Sepanjang perjalanan turun disuguhi
dengan pemandangan Gunung Sindoro yang gagah, kawah sikijang, telaga warna, dan
sawah sawah penduduk yang hijau dan rapi. Hanya 1 jam kami sudah sampai
basecamp. Di basecamp oleh pengurus basecamp sudah disiapkan manisan carica
hangat sebanyak 2 panci besar. Carica adalah buah semacam pepaya gunung tapi
kecil, yang berasal dari pegunungan Andes, Amerika Selatan.Carica hanya hidup
di daerah bersuhu dingin dengan ketinggian 1500 – 3000 meter di atas permukaan
laut. Dipersilakan pendaki untuk ambil
sendiri sepuasnya. Tak tinggal diam kami keluarkan gelas dan segera mengantri
dengan pendaki lainnya. Sampai habis Joko dan yang lain belum sampai juga. Lama
aku menunggu akhirnya mereka tiba dengan selamat, hanya mereka tak kebagian
manisan carica karena tinggal kuah saja. Kasian kasian kasian. . . :p
Jam 11.00 kami
pulang meninggalkan basecamp. Masih di Wonosobo atas kami mampir di sebuah
warung namanya “Rumah Makan Sederhana”. Menu disini enak enak dengan harga
tarif pelajar *bukan mahasiswa*. Pelanggan ambil sendiri sepuasnya dan tidak
ditungguin *kesempatan balas dendam karena lambung serasa di garuk garuk pake
linggis*. "recomended".
Selesai makan Joko, Hafidz, Putra, Victor, dan Jalu tak langsung
pulang mereka mau mampir di pemandian air hangat “Kali Anget” tak jauh dari
kota Wonosobo. Sedangkan aku, Fauzi, dan Acil memilih untuk pulang. Terima
kasih semuanya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar