Kesombongan sekecil apapun jika di alam tak ada gunanya. Kalau kalian
sombong tehadap alam, meremehkan sesuatu yang tidak kalian ketahui. Fatal
akibanya yang ditimbulkan jika kalian sombong. Seperti apa yang ku alami,
kesombonganku di hancurkan di Gunung Andong. Jadi pengajian niihhh. . .hehe
Gunung Andong terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Gunung andong
merupakan gunung tidak aktif dan memiliki dua puncak menyerupai punuk unta
dengan puncak tertingginya 1.726 Mdpl.
Mari simak pengalamanku nanjak Gunung Andong yang sangat memalukan.
Sebelumnya perkenalan personil dulu. Kami berenam, dari gue, Aziz, Kuntoro,
Darma, Gabule, Sonthong.
gue |
Kuntoro |
Sonthong |
Aziz (leader) |
Gabule |
Agus |
Darma |
Kami melakukan pendakian gunung pada bulan maret 2014, lupa tanggal
berapa. Seminggu sebelum hari pendakian aku sendirian mencoba main cari jalan
menuju basecamp Gunung Andong di Grabag, Magelang dari Djogja. Yang kutemui
pertama adalah basecamp Gunung Andong “Mangli”. Sebenarnya basecamp mangli
bukanlah basecamp asli Gunung Andong, basecamp aslinya adalah di “Sawit”. Di
Mangli hanyalah terdapat camping ground dan taman yang sering di gunakan oleh
muda mudi untuk main. Di Mangli terdapat pos yang di jaga oleh ranger atau
polisi hutan, karena di sisi Mangli adalah masuk taman nasional yang di kelola
oleh Perthutani. Di sini aku bertanya apakah bisa untuk melakukan pendakian.
Ternyata bisa, hanya jalurnya lebih sulit katanya. Aku tak bertanya bagaimana
sulitnya hanya langsung berterima kasih atas infonya.
Pada saat hari pendakian aku memutuskan bersama teman teman untuk
melakukan pendakian dari basecamp Mangli karena sifat sombongku yang meremehkan
Gunung Andong yang tidak terlalu tinggi. Ba’da dhuhur kami berangkat dari Djoga
skitar jam 13.00, cuaca cerah kadang berawan. Jam 14.30 kami sampai di basecamp
Mangli. Tiba tiba hujan turun dengan derasnya, kami terpaksa menunggu hujan aga
mereda sambil shalat ashar dahulu. Jam
16.30 hujan masih turun, hanya gerimis. Dengan menggunakan ponco kami segera
melakukan pendakian karena takut keburu malam. Kami berjalan melalui camp
ground, kami bingung dengan jalur disini. Kebetulan di camp groun sedang ada kegiatan
camping bersama PMI Magelang. Kami bertanya dengan salah seorang PMI dimana
jalur pendakiannya. Ternyata tak ada jalur pendakian disini, jalurnya
menyesatkan. Kami berhenti sejenak berdiskusi. Akhirnya kami memutuskan untuk
melakukan pendakian melalui jalur Sawit. Motor kami tinggal di basecamp Mangli,
kami berjalan melalui jalanan aspal dan di antara rumah warga sekitar stengah
jam. Tiba tiba badanku mulai terasa panas, perut mual, badan pusing. Belum
masuk jalur pendakian aku sudah KO. Aku terpikir ini karena kesombongaku yang
meremehkan Gunung Andong. *naahh anak anak, jangan tiru saya yaaa, sependek
apapun gunung yang kita daki sombong bisa membunuh kita. .
Masuk di jalur pendakian, melalui sawah sawah. Gerimis masih deras,
keringatku pun mengucur deras, kepala pusing. Dengan beban paling berat kala
itu aku berjalan perlahan di belakang sendiri. Dalam perjalanan aku merenung
akan kesombonganku, aku menyadari itu. Lama lama saat masuk kedalam jalur hutan
badan sudan mulai membaik, gerimis menurun intensitasnya. Ponco kulepas,
carrier berganti dengan carrier Darma, oohhh betapa leganya badan serasa
terbang. Semakin enteng badan perjalanan semakin cepat. Sonthong yang
sebelumnya terlihat sehat ternyata KO juga. Ditemani oleh pak leader Aziz, mereka jalan di belakang. Aku jalan sama
Darma, Agus dan Gabule sudah jalan duluan di depan karena untuk cari tempat
untuk mendirikan tenda.
Dua jam kami mendaki akhirnya sampai atas juga, kami belum di puncak.
Kami memutuskan mendirikan tenda di jalan menuju makam. Di Gunung Andong ini
terdapat makam Syekh Abdulloh Fakil atau di kenal dengan sebutan Mbah Kyai Jaka
Pekik. Tenda berdiri kami saling bercerita sambil memasak. Selagi ada yang
memasak sebagian ada yang shalat maghrib dan isya’ ( dijamak. .he ). Seusai
makan malam, aku mencoba berziarah ke makam sendirian. Di sebelah makam ada
yang mendirikan tenda, anak anak SMK sekitar daerah Gunung Andong.
Pendaki, ngopi sik ben gantheng |
Sudah larut malam aku memutuskan istirahat, sedangkan yang lain ada yang
ke puncak untuk jalan jalan. Karena kebetulan akses ke puncak dari tenda tidak
jauh.
Pagi alarm berbunyi, aku terbangun dan segera mambangunkan yang lain
untuk persiapan melihat sunrise. Sebelumnya aku shalat shubuh terlebih dahulu. Masih
gelap kami menunggu sunrise dengan sabar, sampai akhirnya goresan goresan sinar
yang teramat cantik muncul. Perlahan lingkaran penerang bumi pun ikut muncul. Walaupu
tidak setinggi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, di Gunung Andong kita sudah
bisa menikmati pemandangan yang sangat indah. Sunrisenya yang khas dengan latar
Gunung Merbabu dan Gunung Merapi menambah keindahan ciptaan Allah.
Setelah semakin siang, kami jalan melewati jembatan setan kalo aku
bilang. Karena luasnya jalan yang tak seberapa dan kanan kiri jalan sudah
jurang. Yang sampai ke sisi puncak yang
lain hanyalah aku, Darma, Kuntoro, dan Agus. Aziz takut ketinggian dan hanya
menunggu kami ditemani Sonthong dan Gabule.
Sudah sekitar jam 10.00 kami turun gunung karena panas yang menyengat. jalan
santai, pelan pelan sambil memungutu sampah para *wisatawan yang kurang
bertanggung jawab. Hanya satu jam setengah kami sampai di basecamp kembali. Dan
cuuusss kami pulang.
Disini aku semakin sadar apa arti mendaki gunung. Kesombongan kita di
bunuh digunung. Kita tidak bisa mankhlukan gunung atau alam. Yang bisa hanya
sang pencipta, Allah SWT. Bersahabat dengan gunung itu lebih indah dari pada
menakhlukan gunung. Kesombongan sekecil apapun hanya akan menjadikan manusia
seperti sampah. Sekian. . .
Wah,, pas cerah itu keknya,,,
BalasHapusJossss pemandangan e
BalasHapus