Jumat, 17 Oktober 2014

Gunung Andong 1726 Mdpl,



Kesombongan sekecil apapun jika di alam tak ada gunanya. Kalau kalian sombong tehadap alam, meremehkan sesuatu yang tidak kalian ketahui. Fatal akibanya yang ditimbulkan jika kalian sombong. Seperti apa yang ku alami, kesombonganku di hancurkan di Gunung Andong. Jadi pengajian niihhh. . .hehe
Gunung Andong terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Gunung andong merupakan gunung tidak aktif dan memiliki dua puncak menyerupai punuk unta dengan puncak tertingginya 1.726 Mdpl.
Mari simak pengalamanku nanjak Gunung Andong yang sangat memalukan. Sebelumnya perkenalan personil dulu. Kami berenam, dari gue, Aziz, Kuntoro, Darma, Gabule, Sonthong.


gue

Kuntoro

Sonthong

Aziz (leader)

Gabule

Agus

Darma

Kami melakukan pendakian gunung pada bulan maret 2014, lupa tanggal berapa. Seminggu sebelum hari pendakian aku sendirian mencoba main cari jalan menuju basecamp Gunung Andong di Grabag, Magelang dari Djogja. Yang kutemui pertama adalah basecamp Gunung Andong “Mangli”. Sebenarnya basecamp mangli bukanlah basecamp asli Gunung Andong, basecamp aslinya adalah di “Sawit”. Di Mangli hanyalah terdapat camping ground dan taman yang sering di gunakan oleh muda mudi untuk main. Di Mangli terdapat pos yang di jaga oleh ranger atau polisi hutan, karena di sisi Mangli adalah masuk taman nasional yang di kelola oleh Perthutani. Di sini aku bertanya apakah bisa untuk melakukan pendakian. Ternyata bisa, hanya jalurnya lebih sulit katanya. Aku tak bertanya bagaimana sulitnya hanya langsung berterima kasih atas infonya.


Pada saat hari pendakian aku memutuskan bersama teman teman untuk melakukan pendakian dari basecamp Mangli karena sifat sombongku yang meremehkan Gunung Andong yang tidak terlalu tinggi. Ba’da dhuhur kami berangkat dari Djoga skitar jam 13.00, cuaca cerah kadang berawan. Jam 14.30 kami sampai di basecamp Mangli. Tiba tiba hujan turun dengan derasnya, kami terpaksa menunggu hujan aga mereda sambil shalat ashar dahulu.  Jam 16.30 hujan masih turun, hanya gerimis. Dengan menggunakan ponco kami segera melakukan pendakian karena takut keburu malam. Kami berjalan melalui camp ground, kami bingung dengan jalur disini. Kebetulan di camp groun sedang ada kegiatan camping bersama PMI Magelang. Kami bertanya dengan salah seorang PMI dimana jalur pendakiannya. Ternyata tak ada jalur pendakian disini, jalurnya menyesatkan. Kami berhenti sejenak berdiskusi. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan pendakian melalui jalur Sawit. Motor kami tinggal di basecamp Mangli, kami berjalan melalui jalanan aspal dan di antara rumah warga sekitar stengah jam. Tiba tiba badanku mulai terasa panas, perut mual, badan pusing. Belum masuk jalur pendakian aku sudah KO. Aku terpikir ini karena kesombongaku yang meremehkan Gunung Andong. *naahh anak anak, jangan tiru saya yaaa, sependek apapun gunung yang kita daki sombong bisa membunuh kita. .
Masuk di jalur pendakian, melalui sawah sawah. Gerimis masih deras, keringatku pun mengucur deras, kepala pusing. Dengan beban paling berat kala itu aku berjalan perlahan di belakang sendiri. Dalam perjalanan aku merenung akan kesombonganku, aku menyadari itu. Lama lama saat masuk kedalam jalur hutan badan sudan mulai membaik, gerimis menurun intensitasnya. Ponco kulepas, carrier berganti dengan carrier Darma, oohhh betapa leganya badan serasa terbang. Semakin enteng badan perjalanan semakin cepat. Sonthong yang sebelumnya terlihat sehat ternyata KO juga. Ditemani oleh pak leader Aziz,  mereka jalan di belakang. Aku jalan sama Darma, Agus dan Gabule sudah jalan duluan di depan karena untuk cari tempat untuk mendirikan tenda.
Dua jam kami mendaki akhirnya sampai atas juga, kami belum di puncak. Kami memutuskan mendirikan tenda di jalan menuju makam. Di Gunung Andong ini terdapat makam Syekh Abdulloh Fakil atau di kenal dengan sebutan Mbah Kyai Jaka Pekik. Tenda berdiri kami saling bercerita sambil memasak. Selagi ada yang memasak sebagian ada yang shalat maghrib dan isya’ ( dijamak. .he ). Seusai makan malam, aku mencoba berziarah ke makam sendirian. Di sebelah makam ada yang mendirikan tenda, anak anak SMK sekitar daerah Gunung Andong.



Pendaki, ngopi sik ben gantheng



Sudah larut malam aku memutuskan istirahat, sedangkan yang lain ada yang ke puncak untuk jalan jalan. Karena kebetulan akses ke puncak dari tenda tidak jauh.
Pagi alarm berbunyi, aku terbangun dan segera mambangunkan yang lain untuk persiapan melihat sunrise. Sebelumnya aku shalat shubuh terlebih dahulu. Masih gelap kami menunggu sunrise dengan sabar, sampai akhirnya goresan goresan sinar yang teramat cantik muncul. Perlahan lingkaran penerang bumi pun ikut muncul. Walaupu tidak setinggi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, di Gunung Andong kita sudah bisa menikmati pemandangan yang sangat indah. Sunrisenya yang khas dengan latar Gunung Merbabu dan Gunung Merapi menambah keindahan ciptaan Allah.



















Setelah semakin siang, kami jalan melewati jembatan setan kalo aku bilang. Karena luasnya jalan yang tak seberapa dan kanan kiri jalan sudah jurang.  Yang sampai ke sisi puncak yang lain hanyalah aku, Darma, Kuntoro, dan Agus. Aziz takut ketinggian dan hanya menunggu kami ditemani Sonthong dan Gabule.
Sudah sekitar jam 10.00 kami turun gunung karena panas yang menyengat. jalan santai, pelan pelan sambil memungutu sampah para *wisatawan yang kurang bertanggung jawab. Hanya satu jam setengah kami sampai di basecamp kembali. Dan cuuusss kami pulang.

Disini aku semakin sadar apa arti mendaki gunung. Kesombongan kita di bunuh digunung. Kita tidak bisa mankhlukan gunung atau alam. Yang bisa hanya sang pencipta, Allah SWT. Bersahabat dengan gunung itu lebih indah dari pada menakhlukan gunung. Kesombongan sekecil apapun hanya akan menjadikan manusia seperti sampah. Sekian. . . 

2 komentar: