Jumat, 10 Oktober 2014

Pendakian Gunung Prau 2.565 Mdpl

             Sunrise Gunung Prau Yang Malu Malu



Gunung Prau merupakan sebuah gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Gunung Prau memiliki ketinggian 2.565 meter di atas permukaan laut. Dengan Golden Sunrise yang dimilikinya Gunung Prau menarik minat para traveler dan fotografer untuk mendatanginya.

Ini adalah pendakian keduaku setelah kemarin di tanggal 28 september 2013 dari GunungMerbabu, di tanggal 13 oktober 2013 mendaki Gunung Prau. Kali ini aku bersembilan bersama teman teman dari UGM, dengan pemimpin yang masih sama saat di Gunung Merbabu yaitu mas Joko tak uu’, Hafidz, Rian, dan teman baru Putra, Victor, Fauzi, Jalu, dan Acil.

Hafidz

Fauzi

Putra

Rian

Jalu

Acil

Victor
Joko

Gue

Dengan menaiki belalang tempur motor kami berangkat dari Yogyakarta jam 09.30. Perjalanan santai kami nikmati hingga bosan karena tak sampai sampai. Adzan dhuhur berkumandang saat kami sampai di perbatasan temanggung wonosobo, sebagai muslim yang taat *cieee kami mencari masjid untuk melaksanakan shalat dan istirahat sejenak melemaskan otot yang tegang.




Perjalanan dilanjutkan, akhirnya sampai kota wonosobo. Dari kota Wonosobo naiknya minta ampun, motor dipaksa bekerja keras masuk gigi 1 hanya pelan pelan saja. Dengan semangat juang yang tinggi akhirnya sekitar jam 14.00 lebih sampai di basecamp Pathak Banteng.




Di basecamp kita istirahat sambil menunggu waktu shalat ashar dan mengisi energi dengan makan. Makan disini kami beli di warung depan basecamp, pesan terlebih dahulu. Sambil menunggu kami saling bercengkrama menghangatkan suasana Dieng yang dingin.




Sudah shalat dan makan jam 16.30 kami melakukan pendakian dengan berdoa terlebih dahulu. Kami melewati pemukiman penduduk dan sawah dengan jalan batu yang sudah disusun rapi untuk akses jalur kendaraan. Belum lima belas menit si Victor yang paling gendut sudah terkulai, asma mau kambuh. Kami menunggu lumayan lama untuk memastikan kekuatan Victor. Leader Joko menyuruh yang lain untuk melanjutkan pendakian sendiri sedangkan Victor nanti perlahan akan didampingi Joko. Akhirnya akupun melanjutkan pendakian dengan teman yang lain.






Ditengah pendakian capek mulai terasa, tiba tiba wussss pada berlarian anak SD yang melakukan pendakian bersama sekolah mereka. Disaat kami para orang tua capek mereka masih semangat lari, memang luar biasa kekuatan anak kecil tuh. Saat kutanya “kelas berapa dek ???” mereka menjawab “kelas 4 mas!” (sambil lari), wuihhh keren.

Ramai sekali pendakian Gunung Prau ini, kami tak hanya bertemu dengan anak SD saja. Kami bertemu rombongan pendaki dari UNSIQ Wonosobo, cantik cantik, bening bening, istimewa, lumayan suplemen vitamin :D. Sampai skitar jam 18.00 lebih kami istirahat untuk melaksanakan shalat maghrib. Dengan wudhu tayamum dah melepas jaket kami sebagai sajadah, Shalat terasa khusyuk saat berada di alam seperti ini. Shalat selesai dan istirahat dirasa cukup kami melanjutkan lagi pendakian.






Alkhamdulillah sampai puncak sekitar jam 20.00, kami langsung mencari tempat untuk mendirikan tenda. Sambil menunggu Joko dan lainya yang belum sampai puncak kami shalat isya’ dan ngemil beberapa makanan ringan. Akhirnya Joko dan yang lain tiba juga, kami saling bagi tugas ada yang mendirikan tenda, ada yang masak. Aku dan Fauzi mencari kayu bakar untuk api unggun. Di Gunung Prau kalau cari kayu bakar jauh karena di puncak tempatnya terbuka seperti lapangan dan hanya sebagian yang terdapan pohon pohon besarnya. Saking jauhnya kami mencari kayu bakar tak terasa ternyata kami tersesat lumayan jauh. Tenda kami tak terlihat, hanya bermodal killer instink dengan membawa seonggok kayu bakar kami mencari keberadaan tenda dan teman teman. Sambil teriak teriak, menembus lebatnya semak semak dan kadang terperosok ke lubang yang tertutup rerumputan. Akhirnya setelah sekitar 15 menit mencari ketemu juga, dan yang tragis tak ada yang tau kalau kami tersesat. Dikira kami jalan jalan, beeuuuuhhh.... . Tak berhenti di situ kemalanganku, karena haus dan capek muter muter kuambil sebotol a*ua tanpa kulihat dalam keadaan gelap langsung kuminum. Pas dimulut sensasi meledak yang belum pernah kurasakan dari semua minuman yang pernah kurasakan. Ternyata botolnya saja yang a*ua, isinya adalah spritus. LOL... . Langsung kumuntahkan dan segera ambil a*ua yang asli untuk kumur kumur. Dan teman yang tau si Joko and Hafidz malah ngetawain aku.

Api unggun sudah menyala semua berkumpul di sekitar api dan cemilan cemilan dikeluarkan karena ini moment naik gunung yang langka bagi kami. Saat itu bertepatan dengan pertandingan sepak bola U-19 INDONESIA vs Korea Selatan. Dengan hanya memakai HP china c*oo* yang antenanya sudah putus milik Acil, acara nonton bareng ini sangat seru. Tak hanya kami, pendaki lain pun semua melakukan aktifitas nonton bareng ini. Suasana sangat ramai saat gol untuk INDONESIA, teriak teriak, loncat loncat, bahkan ada yang membawa kembang api. Pertandingan dimenangkan INDONESIA 3 – 2 atas Korea Selatan.




Suasana menjadi hening setelah acara nonton bareng usai, karena sebagian memilih untuk istirahat tidur. Karena pendakian yang tak membutuhkan waktu lama kami tidak memasak untuk makan, kami pun juga memilih untuk tidur. Karena aku tidur di paling pinggir dingin menusuku dengan mudahnya, area camp di puncak yang terbuka membuat angin bebas menerjang tenda kami. Namun tetap kupaksakan untuk memejamkan mata.

Alaramku berbunyi di pukul 14.30, aku tebangun dan segera kaluar tenda untuk p*p*s. Sensasi p*p*s di gunung yang dingin itu sesuatu banget..ga usah di jelasin lah. Aku membangunkan yang lain karena langit yang abu abu gelap sudah mulai tergores warna kuning kemerahan tanda sunrise akan muncul. Lama kami menunggu sampai langit yang gelap berubah terang, sunrise tak menampakan keindahannya yang maksimal dikarenakan cuaca yang berkabut. Tak apalah kami tetap bersyukur bisa melihat pemandangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang disampingnya di kelilingi samudera awan. Dan di kejauhan terlihat puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu juga. Sampai aku lupa untuk Shalat shubuh, tapi tetap saja shalat shubuh walau sudah pukul 07.00.

Dua buah kamera dslr c*n*n dikeluarka untuk mengabadikan pengalaman kami telah sampai di puncak Gunung Prau. Saling berebut pengen foto sendiri sendiri. Matahari semakin menyengat dengan teriknya, jam 09.00 kami memutuskan untuk berkemas dan turun gunung.
















Turun gunung kali ini kakiku sudah terlatih, aku bersama Fauzi dan Acil ngebut duluan. Ada jalur datar aga turun dikit kami lari. Sepanjang perjalanan turun disuguhi dengan pemandangan Gunung Sindoro yang gagah, kawah sikijang, telaga warna, dan sawah sawah penduduk yang hijau dan rapi. Hanya 1 jam kami sudah sampai basecamp. Di basecamp oleh pengurus basecamp sudah disiapkan manisan carica hangat sebanyak 2 panci besar. Carica adalah buah semacam pepaya gunung tapi kecil, yang berasal dari pegunungan Andes, Amerika Selatan.Carica hanya hidup di daerah bersuhu dingin dengan ketinggian 1500 – 3000 meter di atas permukaan laut.  Dipersilakan pendaki untuk ambil sendiri sepuasnya. Tak tinggal diam kami keluarkan gelas dan segera mengantri dengan pendaki lainnya. Sampai habis Joko dan yang lain belum sampai juga. Lama aku menunggu akhirnya mereka tiba dengan selamat, hanya mereka tak kebagian manisan carica karena tinggal kuah saja. Kasian kasian kasian. . . :p


Jam 11.00 kami pulang meninggalkan basecamp. Masih di Wonosobo atas kami mampir di sebuah warung namanya “Rumah Makan Sederhana”. Menu disini enak enak dengan harga tarif pelajar *bukan mahasiswa*. Pelanggan ambil sendiri sepuasnya dan tidak ditungguin *kesempatan balas dendam karena lambung serasa di garuk garuk pake linggis*. "recomended".





 Selesai makan Joko, Hafidz, Putra, Victor, dan Jalu tak langsung pulang mereka mau mampir di pemandian air hangat “Kali Anget” tak jauh dari kota Wonosobo. Sedangkan aku, Fauzi, dan Acil memilih untuk pulang. Terima kasih semuanya J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar